SHARE :

Politik akal sehat Millenials Malaka

Terbit : 22 February 2020 / Kategori : Artikel / Opini / Relawan RTS / RTS Center / Komentar : 0 komentar / Author : Roy Tei Seran Center
Politik akal sehat Millenials Malaka

RTS.Center.Com – 22-02-2020 – Opini – Sang proklamator kemerdekaan RI, Soekarno, pernah berujar “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut gunung Semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda maka akan kuguncangkan dunia”. Hemat penulis spirit yang digaungkan Soekarno tersebut perlahan mulai menjadi nyata di era ini. Seiring bergulirnya waktu, dominasi kaum tua kian tergerus karena kaum tua kurang cepat beradaptasi dengan cepatnya laju perubahan. Keran-keran akses kepemimpinan, politik, sosial, pengetahuan, ekonomi yang dahulu tertutup rapat bagi kaum muda, oleh kaum tua, perlahan namun pasti kian terbuka lebar. Lihat saja kemampuan Pemuda mengakses Youtube menciptakan karya nyata berteknologi moktahir tanpa harus belajar secara konvensional berlama-lama. Realita ini terjadi di seanteero dunia, terutama Negara-negara maju, tapi juga menembus hingga ke daerah-daerah terpencil karena kualitas internet yang tak tak terbendung telah sampai di dusun kecil semisal Hali Oan, tempat penulis hidup dan berkarya.

Penulis mencoba mengangkat contoh semisal Bupati Kabupaten Trenggalek, Emil Dardak (31 Tahun) dan Wakil Bupatinya M. Nur Arifin (25 Tahun). Di usia mereka yang Millenials tersebut, kedua pejabat keren tersebut mampu menangkal anggapan kaum opurtunis (sebagian kaum kaum tua yang pesimistis dan serakah), tentang ketidakmampuan Pemuda menjadi pemimpin. Lebih jauh, di tingkat NTT, bahkan Nasional, ada Angelo Wake Kako (30 Tahun), Anggota DPD RI perwakilan wilayah Provinsi NTT, Nadeiem Makarim (35 Tahun) yang menjadi Menteri Kabinet Indonesia Maju jilid II, dan di level dunia ada Perdana Menteri Finlandia, Sanna Mirella (34 Tahun), dan seterusnya. Bagaimana dengan Malaka, sebagai salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste dan Australia?

Pemuda oleh banyak profesional dianggap sebagai young human resources, atau salah satu unsur pembangunan yang sangat penting. Pemuda merupakan subjek pembangunan dan pemberdayaan yang didukung kualitas memadai karena kemampuannya beradaptasi dengan perkembangan IPTEK. Pemuda tidak punya ‘hutang budi berlebihan’, baik dalam carut-marut partai Politik, atau pun dalam keseharian hidupnya, semisal pernah berutang budi pada tetangga sebelah rumah karena harus membiayai anaknya yang sedang berkuliah, karena memang anaknya belum berkuliah. Pemuda bebas dalam mengambil keputusan tertentu, tertuma jika dipercaya memegang kendali kepemimpinan di wailayah tertentu. Pemuda adalah tonggak perubahan dari segala macam carut-marut dan hingar-bingar kehidupan berpolitik, bersosial di tengah masyarakat. Seyogyanya, Pemuda yang akan dipercaya menjadi pemimpin politis akan berkeputusan tanpa terlalu banyak beban masa lalu, layaknya kaum tua yang terlau banyak memiliki hutang budi di masa lalu.

Pada satu sisi dominasi orang tua dengan tradisi pemikiran tradisonal yang miskin ide, diperparah dengan pendidikan politik yang buruk menjadi salah satu penyebab pemuda menjadi acuh tak acuh terhadap proses pembangunan dan terlebih politik. Namun, di sisi lain pemuda diharapkan muncul ke permukaan dengan berbagai ide dan gagasan kreatif, berpikir out of the box, bebas dan bila diperlukan tatanan kaku yang lawas dirombak secara fundamental. Meskipun demikian, pemuda membutuhkan legitimasi dari kaum tua untuk mendapatkan kekuatan dalam memimpin komunitas masyarakat tertentu. Bukan mengabaikan pengalaman kaum tua, tetapi pemuda hendak mengabdikan dirinya secara utuh, tanpa beban bagi terciptanya kemajuan dan kesejahteraan bersama (bonnum commune).

Satu decade terakhir mulai terlihat banyak tokoh muda perlahan berkarir dalam panggung nasional, hal ini diharapkan merambat hingga ke daerah dan wilayah pelosok negeri sekalipun. Pembangun jangan hanya bertumpu di Jawa, terutama Jakarta, namun bergerak dari Desa dan Kabupaten. Banyak harapan agar tiap daerah memunculkan tokoh muda. Penulis secara pribadi mengajak sekalian kita yang membaca tulisan ini agar memberikan kepercayaan bagi kaum muda untuk mengabdikan dirinya secara  utuh bagi manusia dan tanah tumpah darahnya.

RTS: MENCINTAI & MELAYANI (31 Tahun)

Salah satu figur, Ignasius Roy S. Tei Seran, S. Fil, akrab dikenal dengan (RTS), tokoh muda Malaka telah mendedikasikan hidupnya bagi manusia dan tanah Malaka lewat jalan Politik. Ia rela, dalam keterbatasannya meninggalkan kepentingan diri dan keluarganya untuk terlibat dalam kehidupan sosial politik Kabupaten Malaka, dengan menggerakan rekans Millenial (Pemuda) Malaka, untuk bertindak secara politis. Tindakan Politis sendiri merupakan tindakan di level tertinggi dalam level kehidupan manusia. Bukan dalam pengertian politik praktis yang transaksional dan kotor.

RTS muncul dengan ide sederhana yang diringkas dalam motonya ‘Mencintai dan Melayani. Penulis sendiri yang adalah rekan milenial RTS kagum dan kaget muncul ide untuk meberi diri dalam keterbbatasan pemuda lewat aksi nyata, ‘Pungut sampah dan bersih-bersih kampung’. Selain itu pula, RTS tidak hanya berpangku tangan dan memerintah saja. RTS terlibat langsung dan menjadi teladan serta motivator bagi kami kaum muda. Selain memungut sampah di lokasi-lokasi pariwisata di Malaka, di Betun, Ibukota Kabupaten Malaka, RTS juga terus melakukan upaya reboisasi di beberapa titik vital di Malaka. Sadar betul akan luasan wilayahnya yang hampir 90% adalah desa, dengan masalah kritis kurangnya pasokan air di musim kemarau, serta perubahan iklim dan cuaca di Malaka, Relawan RTS bergerak bersama, memberi dari keterbatasan, mengasih dan mengasuh Renu (Manusia) dan Rai (Tanah) Malaka. RTS mengajak pemuda (millenials) Malaka untuk turut membersihkan sampah dari dalam rumah sendiri hingga ke tempat-tempat umum. Sampah, masalah sepele yang terluput dari pikiran kaum tua. Bukan memilih jalur menyerang figure dengan black campaign, money politic, damagog, tetapi kebaruan dalam berencana dan bertindak, menjadi pelopor dalam segala aspek kehidupan manusia Malaka. Masih banyak hal kecil dengan implikasi besar lainnya yang akan dilakukannya ketika terpilih kelak sebagai Wakil Bupati Malaka. Izinkan kami, Millenials (Pemuda) Malaka untuk mengabdikan diri kami, lewat RTS. Niscaya perubahan, kemajuan, kesejahteraan dan pembangunan akan menjadi lebih baik.

Sannah Mirella Marin, Perdana Menteri Finlandia (34 Tahun)

Mohon doa restu Renu Rai Malaka. Sekali lagi, beri kami kesempatan mengabdi kehidupan.

Malaka Keren bersama Millenials. Malaka juga Bisa.

Opini oleh: Adrianus Bria Koordinator (Pemuda Peduli Malaka (PADUKA MALAKA), tinggal di Hali Oan, Kec. Malaka Tengah, Kabupaten Malaka).

Berita Lainnya

Pendidikan Kader Madya; PDI Perjuangan NTT
22 November 2022
Pendidikan Kader Madya; PDI Perjuangan NTT
Author : Roy Tei Seran Center
Giat ke 4 Malaka Hijau
16 January 2022
Giat ke 4 Malaka Hijau
Author : Roy Tei Seran Center
456, 532, 4.845, 4.313: ANGKA PENTING SELEKSI CASN MALAKA
29 October 2021
456, 532, 4.845, 4.313: ANGKA PENTING SELEKSI CASN MALAKA
Author : Roy Tei Seran Center
Herman Hery Datang; Rina Tei Seran Pergi
18 May 2021
Herman Hery Datang; Rina Tei Seran Pergi
Author : Roy Tei Seran Center
Gagasan Pemikiran PDI Perjuangan NTT; Tata Kelola Pasca Bencana
20 April 2021
Gagasan Pemikiran PDI Perjuangan NTT; Tata Kelola Pasca Bencana
Author : Roy Tei Seran Center
Kongregasi Vokasionis Memanggil: Lomba Artikel dan Puisi
16 March 2021
Kongregasi Vokasionis Memanggil: Lomba Artikel dan Puisi
Author : Roy Tei Seran Center


Tinggalkan Komentar