SHARE :

Mampukah Milenial Malaka ke Eksekutif?

Terbit : 23 January 2020 / Kategori : Opini / Pilkada Malaka / Politik / Refleksi / Komentar : 0 komentar / Author : Roy Tei Seran Center
Mampukah Milenial Malaka ke Eksekutif?

RTS Center.Com – Malaka – 22/01/2019 – Opini – Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri.– Pramoedya Ananta Toer – Penulis dan Sastrawan Indonesia

Saya membuka refleksi kritis ini dengan salah satu quotes Paromoedya di atas sebagai pemicu pemuda menyelsaikan membaca tulisan ini hingga selesai. Mengapa harus pemuda? Mengapa pemikiran Pramoedya masih relevan dengan realitas dunia dewasa ini? Dalam hal dunia di era post truth ini, istilah pemuda telah digantkan dengan Milinial. Saya akan coba menuangkan pikiran saya berkaitan dengan entitas yang disebut Milenial, sembari menarik benang merah terhadap situasi politik di Provinsi NTT, khususnya di Kabupaten Malaka, tanah tumpah darah saya.  

Pertanyaan selanjutnya, siapa saja yang masuk dalam kategori milenial? Apa kepentingan mereka dalam politik, isu apa yang membuat mereka tertarik untuk ambil bagian dalam politik dan figur seperti apa yang mereka cari? Ataukah sama sekali tak terbesit dalam kepala mereka tentang pentingnya terlibat secara aktif dan peduli terhadap kehidupan Politik di sekitarnya?

Penulis akan mencoba untuk menjawab dan menguraikan pertanyaan-perntanyaan di atas sekomprehensif mungkin. Pertama, kelompok milenial atau Millenials adalah sekelompok manusia dengan kisaran umur 17-35 tahun. Para ahli bersepakat bahwa mereka yang lahir di era Milenium ketiga, dan di tahun ini belum menginjakan usia 36 tahun, masih dikategorikan Milenial.

Kedua, kelompok milenial memiliki kepentingan tersendiri. Kepentingannya bisa diuraikan sebagai berikut; sensitivitas pada isu sosial/kebijakan politik, baik secara nasional, regional dan lokal. Selain itu pula, milenial yang dahulu juga sempat populer dengan istilah ‘anak zaman now’,  cukup melek dengan implementasi kebijakan-kebijakan para pemangku jabatan yang acak-adul, kecendrungan untuk menuntut dibukanya akses dan lapangan kerja yang merata, serta wadah-wadah bagi dirinya untuk mengekpresikan diri mereka secara maksimal, misalnya fasilitas internet yang memadai dan ruang-ruang publik tempat mereka menghabiskan waktu secara efektif, menguras tenaga dan kemampuan mereka mengolah potensi serta media sosial mereka, menjangkau seantero dunia dari kabupaten kecil Malaka.

Siapa yang pantas dan bisa mengakomodir kepentingan segmen milenial yang merupakan entitas yang cukup dominan dengan menguasai 40% jumlah dari keselurhan penduduk Indonesia? Harusnya sesama milenial mendiskusikan perihal dengan serius kepentingan ini, karena tak dapat disangkal, hanya lewat jalan politik, kepentingan milenial dapat terjawabi secara maksimal.

Ketiga, figur yang pantas dipertimbangkan oleh seluruh generasi Y (milenial), Politisi, baik di tingkat daerah hingga nasional, dari pengurus ranting partai hingga elit partai, haruslah merupakan representasi milenial. “Orang partai”, baik itu analis strategi politik, konsultan politik, atau bahkan calon kandidat (itupun kalau mereka mengerti peta politik dan siapa itu milenial), mesti berpikir bagaimana caranya memikat milenial dengan melibatkan milenial sebagai pelaku politik praktis.  

Ada banyak alasan milenial terjun ke dalam politik dalam pengertian politik praktis. Salah satu yang cukup menjadi dasar dan yang menguatkan ialah ‘ketokohan’ dari Milenial atau figur yang mengusung tema milenial dalam arus informasi yang membanjiri kanal-kanal saluran informasi lewat meida sosial. Partai politik (parpol) yang mengakomodir kaum milenial telah menjadi partai modern dan tak usang terlindas perkembangan zaman. Parpol yang mengakomodir milenial telah mampu merawat bonus demografi yang dialami bangsa yang besar ini. Selain itu, sebagai bentuk tanggungjawab politik, partai politik wajib memberikan pendidikan politik yang baik, lewat keteladanan dan sekaligus mengkaderkan milenial untuk mewujudkan ideologi partai. Demikian basis kader manusia politisnya terawatt dan akan meneruskan perwujudan cita-cita partai.

Data nasional menunjukan bahwa, milenial menguasai 40% total suara dalam pileg 2019. Artinya bahwa pemilih milenial pun bisa menentukan calon kandidat sendiri. Milenial adalah pemilih potensial yang cukup rasional. Fenomena empiris politik Indonesia menunjukan hal menarik yaitu munculnya partai yang dikendarai oleh anak-anak muda, seperti Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Adapula partai-partai tua, namun berusaha menggaet kaum milenial seperti PDI Perjuangan dengan figur Ansi Lema, atau seperti Angelo Wake kako yang menjadi Anggota DPD RI tanpa melalui jalur parpol.

Dalam sebuah diskusi bertema “Merebut Suara Milenial”, ketua DPP Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia berujar “Kami sesungguhnya di Partai Golkar sudah melakukan beberapa pendekatan. Walau Golkar agak berat masuk ke kelompok ini karena dianggap partainya orang tua. Makanya suka atau tidak suka, mau atau nggak mau kita harus masuk ke generasi yang terbesar di negara”.  Artinya bahwa kalau saja partai-partai tua ini masih bertahan dengan basisnya, maka suatu saat akan kehilangan kader dan arah politik tidak akan dimiliki oleh partai namun para figur perorangan. Kita harus berbangga bahwa Golkar NTT pun berhasil mengutus Melky Laka lena sebagai salah satu Milenial yang masuk ke Senayan, sekaligus menjadi pimpinan tertinggi Golkar NTT, selaku ketua DPD I Golkar NTT. Pertanyaan selanjutnya, mampukah mereka yang telah menduduki posisi strategis di lembaga pemerintahan dan parpol menarik lebih banyak lagi milenial ke dalam sistem? Atau malah sebaliknya “membunuh” mereka dengan kebijakan-kebijakan yang tidak pro milenial, dan atau bersikap apatis, sembari berujar ‘itu urusan dan perjuanganmu?”

Figur seperti apa yang dicari oleh para milenial? Milenial itu identik dengan kebaharuan, citra dan tampilan yang mempesona, tentu dengan pikiran dan tindakan-tindakan Extra Ordinary (yang luar biasa, bukan yang biasa-biasa saja). Politik dalam artian citra dan penampilan tidak cukup menjawabi kerinduan milenial, bukan seperti sebagaian politikus yang memiliki konsultan bahasa tubuh untuk membantu mereka tampil sebagai orang yang tulus, peduli, dan jujur, bersandiwara di ruang publik.

Miris? Kasihan? Tidak, itulah strategi politik. Milenial harus cerdas menganalisa figur, menggali, melengkapi visi, misi, program, sebagai bentuk solidaritas kepada sesama milenial yang tidak punya utang budi atau pun beban politik masa lalu. Milenial harus mengedepankan rasionalitas jika tidak ingin seperti kapal tanpa nahkoda di tengah samudra. Jangan terjebak sandiwara politikus busuk yang bersembunyi dibalik visi-misi yang diunggah oleh tim sukses, tapi mendukung saja milenial secara solid dan bahkan militant. Milenial cerdas, pemimpin sukses. Milenial keren, daerah trendi.

Milenial Malaka harus bersyukur karena Pileg 2019 telah melahirkan banyak figur milenial yang menduduki kursi legislatif. Sebut saja Ans Taolin, Frederikus Seran, Jemianus Koe, Paulo Roberto Taruk, Felix Bere Nahak, Ronaldo Azury, Adrianus Tutu Nenometa, Hendrikus Fahik dan Benny Chandradinata. Bagaimana dengan kursi eksekutif. Apakah milenial pantas? Apakah hanya di daerah lain saja yang mampu mengirim kader milenial di tubuh eksekutif, ataukah itu hanya sekadar urusan dan perjuanngan milenial A, B dan seterusnya? Mampukah sesame Milenial dalam hal ini kita meninggalkan ego dan kepentingan primordial masing-masing untuk mendukung salah satu kader milenial calon kepala daerah Malaka dan bebas dari jeratan kepentingan individu dan kelompok?

Apa arti ijazah yang bertumpuk,

 jika kepedulian dan kepekaan tidak ikut dipupuk?

Apa gunanya solah tinggi-tinggi,

jika hanya perkaya diri sendiri dan family?

– Najwa Shihab

Penulis, Andy Manek

Aluni Ikatan Mahasiswa Malang (IMMALA-Malang), Ketua bidang organisasi: 2014-2015, Sekretaris 2015-2016.

Berita Lainnya

Pendidikan Kader Madya; PDI Perjuangan NTT
22 November 2022
Pendidikan Kader Madya; PDI Perjuangan NTT
Author : Roy Tei Seran Center
Giat ke 4 Malaka Hijau
16 January 2022
Giat ke 4 Malaka Hijau
Author : Roy Tei Seran Center
456, 532, 4.845, 4.313: ANGKA PENTING SELEKSI CASN MALAKA
29 October 2021
456, 532, 4.845, 4.313: ANGKA PENTING SELEKSI CASN MALAKA
Author : Roy Tei Seran Center
Herman Hery Datang; Rina Tei Seran Pergi
18 May 2021
Herman Hery Datang; Rina Tei Seran Pergi
Author : Roy Tei Seran Center
Gagasan Pemikiran PDI Perjuangan NTT; Tata Kelola Pasca Bencana
20 April 2021
Gagasan Pemikiran PDI Perjuangan NTT; Tata Kelola Pasca Bencana
Author : Roy Tei Seran Center
Kongregasi Vokasionis Memanggil: Lomba Artikel dan Puisi
16 March 2021
Kongregasi Vokasionis Memanggil: Lomba Artikel dan Puisi
Author : Roy Tei Seran Center


Tinggalkan Komentar