|
RTS. Center.Com – 27/06/2020 – Jakarta – Refeleksi
Pengantar
Bagai petir di siang bolong, Mikael Umbu Zasa, SE dikabarkan telah menghembuskan nafas terakhir di usia 53 tahun. Secara tak terduga ia mendapat serangan jantung di rumahnya di kawasan Ujung Aspal Cibubur pada hari Selasa siang, 23 Juni 2020. Berita ini segera viral ke berbagai kalangan diaspora Sumba maupun Flobamora Jabodetabek. Betapa tidak? Almarhum sangat dikenal sebagai representasi Sumba dalam berbagai kegiatan sosial, seni, budaya, dan lain sebagainya, di Ibukota.
Almarhum pergi meninggalkan istri Lenny Pareira, dua puteri ; Gichella, Dachira dan seorang putera; Chabany, serta seluruh sahabat, teman, kerabat, kenalan dan handai taulan yang sangat bersedih. Kendati masih dalam suasana pandemi Covid 19, rumah duka dan tempat semayam jenasah penuh disesaki oleh mereka yang sangat mengasihi lelaki Sumba yang akrab disapa Umbu itu. Ungkapan duka cita mendalam mengalir di berbagai media sosial dari berbagai lapisan masyarakat diaspora Flobamora.
Diiring rangkaian doa dan derai air mata, serta seremoni adat Sumba yang heroik nan magis, jenasah almarhum dihantar dengan penuh cinta dan hormat oleh warga diaspora Flobamora Jabodetabek yang membludak pada acara pelepasan jenasah di “Lembah Cibubur” untuk diterbangkankan pada hari Kamis, 25 Juni 2020, menuju Sumba NTT tanah kelahiran tercinta. Direncanakan jenasah almarhum akan dimakamkan pada hari Minggu, 28 Juni 2020 di pekuburan keluarga, Wejewa, Sumba Barat Daya, tepat pada hari kelahirannya.
Berikut beberapa catatan kenangan atas Mikael Umbu Zasa.
Aktivis Kemanusiaan
Pada masa awal kiprah di Ibukota tahun 1990, Mikael Umbu Zasa dikenal sangat sensitif dan prihatin atas nasib tenaga kerja wanita (TKW) asal Flobamora yang sering mendapat perlakuan tidak manusiawi di tempat penampungan kerja PJTKI. Berkali kali Umbu datang menggerebek penampungan PJTKI untuk membebaskan TKW yang mengeluh disiksa. TKW yang telah diamankan akan ditampung dan disalurkan ke tempat kerja yang aman di Jakarta setelah diberi pendidikan secukupnya. Pada kasus-kasus di mana TKW asal Sumba yang kembali dari luar negeri dalam peti mati, Umbu bersama beberapa rekan selalu berjuang sekuatnya agar proses pemulangan jenasah dapat terlaksana selayaknya dan mendapatkan hak-hak sepenuhnya.
Kader Nasionalis
Mikael Umbu Zasa juga memiliki ketertarikan akan dunia politik. Haluan politik Umbu adalah nasionalis. Ia pengagum Bung Karno. Ketika Megawati mulai tampil di panggung politik nasional sekitar tahun 1995, Umbu bersama beberapa rekan Flobamora bergabung paling awal dalam garda terdepan pendukung Megawati Soekarnoputri. Resikonya tidak kecil di masa yang penuh tekanan kepada lawan politik ketika itu. Mikael Umbu Zasa yang semula belajar politik pada senior asal Sumba, Lambert Gaina Dara langsung ikut terlibat aktif dalam aksi Mimbar Bebas di kantor DPP PDI. Umbu bergabung dalam kelompok pemuda Indonesia Timur yang dikoordiniir oleh Konradus Wawo. Dalam Peristiwa Kudatuli 1996, Umbu ikut menjadi korban dalam upaya mempertahankan Kantor DPP PDI Diponegoro 88 dari serbuan lawan politik yang didukung rezim Soeharto. Kala itu, para pemuda Flobamora di bawah kendali Jacob Nuwa Wea memang selalu kompak dan siap sedia berjuang membela Megawati dari tekanan berbagai pihak. Dalam tekanan rezim orba saat itu, pemuda Flobamora di ibukota mempertaruhkan nasib dan jiwa raganya tanpa ambisi dan pretensi pribadi apapun. Hanya idealisme semata.
Saat pemilu 1999, setelah reformasi, Umbu didorong para senior Flobamora di Jakarta untuk ikut mencalonkan diri di provinsi NTT, sebagai caleg PDI Perjuangan dari Sumba. Tugas utamanya adalah mensosialisasikan sekaligus memenangkan PDI Perjuangan di bumi Marapu. Kala itu dengan berbagai pengorbanan pribadi yang tidak kecil, Umbu tidak berhasil mendapat suara yang cukup. Namun PDI Perjuangan tetap menang di Sumba. Bahkan Yulius S. Bobo dari Sumba bisa melenggang ke Senayan sebagai anggota DPR RI periode 1999 – 2004.
Tahun 2018 saat dilaksanakan pilgub NTT semangat perjuangan politik Umbu Zasa tak lekang. Dengan percaya diri, Umbu datang ke Kupang untuk mendaftarkan diri sebagai calon wakil gubernur. Tujuannya adalah tekad menghadirkan representasi Sumba dalam panggung politik NTT. Umbu berkeyakinan bahwa dengan aktif dalam momentum politik maka ia dapat membentuk suatu bargaining position untuk berbagai agenda perjuangan politik lainnya. Dalam proses selanjutnya, Umbu Zasa tidak jadi mencalonkan diri demi mendukung saudara Sumba lainnya, yaitu Daniel Tagudedo yang maju sebagai calon gubernur NTT.
Persaudaraan Flobamora
Mikael Umbu Zasa dikenal sebagai sosok yang sangat terbuka dengan berbagai kalangan diaspora Flobamora dari berbagai lapisan. Ia ringan tangan dan rendah hati. Berbekal pengalaman hidup di Ende saat mengikuti pendidikan di SMA Syuradikara, Umbu mulai membangun keakraban dengan rekan-rekan asal Flores. Umbu cukup mengerti bahasa Ende. Pendidikan selanjutnya di Jogya memperluas wawasan pergaulannya di antara sesama Flobamora yang sedang kuliah di kota itu. Ia misalnya karib dengan Ali dan Talib dari Sabu, dengan Eman Bili dari Ngada dan lain-lain. Banyak suka duka semasa kuliah yang dialami bersama mulai membentuk semangat persaudaraan Flobamora dalam dirinya.
Di Jakarta pada tahun 2000, Umbu mewakili Sumba dalam forum kegiatan Go East, yang dicanangkan oleh Ignas Kleden, Iriyanto Jou dan lain-lain.
Dalam beberapa perhelatan turnamen sepakbola antar diaspora per kabupaten NTT di Jakarta, misalnya turnamen Copa Florette, yang digawangi oleh Marsel Ado Wawo tahun 2008, Umbu selalu menjadi pendorong utama partisipasi Sumba.
Tahun 2012, Umbu bersama Marsel Muja, Mikael Kleden, Pieter Sambut, Nita Therik, Polce Ruing, Frans Watu, Marsel Ado Wawo, Paskalis Baut, Edu Nabunome, Andreas Kaba, dan lain lain mulai menggagas sebuah organisasi sosial budaya Flobamora berbasis komunitas ikatan keluarga besar diaspora setiap kabupaten di NTT.
Sesungguhnya tidak mudah dan menjadi tantangan besar untuk menyatukan orang NTT di perantauan. Alhasil dengan semangat persaudaraan Flobamora yang kuat dan didukung sepenuhnya para sesepuh NTT di Jakarta seperti Anton Tifaona, Blasius Bapa, Vincent Siboe, ECW Neloe, Toebe, Gories Mere, dan lain lain serta difasilitasi sepenuhnya oleh Berto Lalo, Kepala Kantor Badan Penghubung Provinsi NTT di Jakarta, akhirnya terbentuklah Forum Komunikasi Masyarakat (FKM) Flobamora Jakarta. Sebagai starting point organisasi, disepakati bersama sebuah giat akbar seni budaya NTT.
Giat ini bertajuk NTT Memanggil dan dilaksanakan dalam rangka memeriahkan HUT NTT ke – 54. Pentas seni budaya NTT tersebut bertujuan untuk membangun ikatan emosional basodara Flobamora Jabodetabek, mempromosikan seni budaya NTT di Ibukota sekaligus menjadi mediasi bagi peluang investasi di NTT.
Sesuai dengan kemampuannya, Umbu Zasa ditugaskan untuk merancang keseluruhan konsep dan rancang acara. Belakangan, oleh karena perbedaan visi dan komitmen, Umbu mengundurkan diri dari posisi yang ditugaskan. Namun secara bertanggungjawab ia mencari pengganti yaitu Didinong Say untuk dapat mewujudkan gagasan event yang telah dirancangnya. Acara NTT MEMANGGIL akhirnya terlaksana pada bulan Februari 2013 di JIEXPO Kemayoran Jakarta. Menghadirkan sekitar 20.000 warga diaspora Flobamora Jabodetabek. Hadir para tokoh dan sesepuh NTT di Jakarta serta Gubernur NTT Frans Lebu Raya dan Wakil Gubernur Eston Funay, kala itu. Pentas Seni Budaya yang sangat meriah, belum ada keduanya sampai saat ini. Acara ini juga menghasilkan catatan rekor MURI untuk tarian Ja’i massal.
Ikatan Keluarga Besar Sumba Jabodetabek (IKBS)
Dalam upaya untuk membangun semangat persaudaraan di antara basodara diaspora Flobamora Jabodetabek, Mikael Umbu Zasa tidak pernah melupakan komunitas basis kulturalnya yaitu IKBS di wilayah Jabodetabek. Umbu Zasa bersama rekan-rekan pemuda Sumba lain seperti Samuel Lobo, Gustaf Tamo Bapa, Gerardus Maliti, Celestinus Reda, dan lain-lain dengan penuh semangat dan kerja keras mendukung kepemimpinan IKBS Jabodetabek yang saat itu berada pada pundak Markus Dairo Talo (MDT).
IKBS Jabodetabek ternyata tidak hanya menjadi organisasi wadah kegiatan sosial budaya bagi warga diaspora Sumba di Ibukota. Secara aktif IKBS menjadi corong aspirasi dan pembangunan pulau Sumba. IKBS ikut berperan dalam upaya pemekaran wilayah administratif di Sumba.
Selanjutnya, didukung sesepuh Sumba seperti Manasye Malo, Conelis Jakababa, Yulius Bobo, Selvy Mehang Kunda dan lain lain, Umbu dan kawan-kawan mulai mendorong Semangat Satu Sumba. Di masa kepemimpinan Umbu Zasa sebagai Ketua IKBS Jabodetabek menggantikan MDT yang menjadi bupati Sumba Barat Daya, semboyan dan semangat Satu Sumba semakin mengerucut menjadi spirit bersama untuk mendukung perjuangan pembentukan provinsi Sumba.
IKBS dalam kepemimpinan Umbu Zasa juga bergiat dalam memfasilitasi dan memediasi minat investasi di Sumba. Umbu Zasa diketahui telah mendorong investasi perkebunan ‘jarak pagar’ di Sumba sebagai bahan baku biofuel.
Sanggar Flobamora
Kekuatan Mikael Umbu Zasa dalam merangkul sesama basodara Flobamora Jabodetabek terletak dalam pendekatan melalui giat seni budaya Flobamora. Pertama-tama, berdasarkan karya dan perjuangannya, Umbu Zasa harus diakui merupakan representasi Sumba dalam berbagai kegiatan seni budaya Flobamora di Jakarta.
Umbu Zasa bersama bersama Samuel Lobo, Rudi Arifin dan lain lain pernah tampil membawakan tarian Kataga di Istana Negara semasa Soeharto berkuasa.
Umbu juga terlibat aktif baik sebagai penampil maupun sebagai narasumber dalam kegiatan pentas seni dan seminar budaya yang diselenggarakan di Jakarta oleh Go East Institute, pimpinan Ignas Kleden pada tahun 2000.
Atas undangan Konsulat Jenderal Indonesia, yang terletak di Perth, Australia, yang dipimpin DR. Alo Madja, pada tahun 2007, Umbu bersama Carel Da’e dan lain-lain, tergabung dalam delegasi eksebisi seni budaya NTT di Australia Barat, selama beberapa minggu dengan biaya sendiri.
Selain membawakan aneka tarian Sumba, Umbu Zasa juga selalu memanfaatkan setiap momen untuk memperkenalkan dan mempromosikan hasil karya seni budaya Sumba lainnya, terutama kain tenun ikat Sumba. Tanpa kenal lelah ia datang ke berbagai pihak kolektor tenun ikat Indonesia seperti ibu Yohanna Patiasina Seda untuk menawarkan dan memperkenalkan berbagai motif tenun Sumba yang eksotik.
Demi upaya pelestarikan dan promosi seni budaya NTT di Jakarta terutama dalam hal seni tari, Mikael Umbu Zasa mendirikan Sanggar Flobamora. Entah sudah berapa banyak pentas di Jabodetabek yang ditampilkan oleh Sanggar Flobamora untuk menampilkan berbagai jenis tarian NTT seperti Kataga, Woleka, Hegong, Ja’i, Caci, Hedung, Tebe, Likurai, Bidu dan lain lain.
Untuk kegiatan seni budaya NTT, Umbu dengan semangat persaudaraan Flobamora tidak segan berkolaborasi dengan seniman NTT di Ibukota seperti Ryan Pono, Evy Manafe, Paskalis Baut, Ronny Amal, Carel Da’e, Pian da Gomez, Adof Reku, Boy Clemens, Wens Kopong, Ivan Nestorman, Thobby Ndiwa, Herci Noning, Eduardus Nabunome, Roy Tei Seran, dan masih banyak lagi.
Beberapa pentas Sanggar Flobamora di Jakarta yang terakhir yang patut dicatat antara lain:
Pertama, penampilan berbagai tarian Sumba dari Sanggar Flobamora dalam acara Pisah Sambut Uskup Maumere, yang diselenggarakan bersama oleh KBM Jaya Maumere, IKBNJ Ngada, dan IKBS Jakarta, di Anjungan NTT Taman Mini Indonesia Indah, November 2018.
Sebuah acara sosial budaya religius meriah yang diikuti ribuan diaspora Maumere, Ngada, dan Sumba di Jakarta. Acara sarat budaya, penuh kekeluargaan, serta bernuansa harmoni toleransi ekumenis ini dihadiri Wakil Gubernur NTT, Joseph Nae Soi, Bupati Sikka Robby, Anggota DPR RI, Melchias Mekeng, Komjenpol (purn.) Gorries Mere, Tokoh Muda NTT Erry Seda, Andi Gani Nuwa Wea, Joseph Jakababa, para tokoh dan sesepuh diaspora Flobamora di Jakarta lainnya.
Kedua, Penampilan tarian Kataga oleh Sanggar Flobamora Jakarta pada acara Rakernas PDI Perjuangan, Jelang Pilpres dan Pileg di JIEXPO Kemayoran, Januari 2019 yang lalu. Penampilan spektakuler yang mendapatkan applaus khusus dari Megawati Soekarnoputri.
Ketiga, untuk menyambut pelantikan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Oktober 2019 lalu, Andi Gani Nuwa Wea, Ketua Panitia Penyambutan Nasional Relawan JKW-MA secara khusus menugaskan Mikael Umbu Zasa untuk mempersiapkan beberapa tarian NTT yaitu Ja’i, Hegong, Bidu, dan Kataga untuk tampil di Medan Merdeka Barat.
Sang Maestro, Umbu Zasa segera mempersiapkan tim tari Sanggar Flobamora sebaik mungkin, agar dapat menghantar dan mengawal Presiden dan Wakil Presiden masuk ke Istana Negara dalam rampak tari dan gegap gempita gong gendang tetabuhan khas Flobamora. Dahsyat!
Lembah Cibubur (Leci)
Lahan seluas 25 hektar di kawasan Cibubur Depok ini adalah sebidang tanah negara eks verponding 5658 atas nama de Meyer. Sudah lebih dari 20 tahun, lahan ini digarap dan dihuni oleh sekitar 200 KK warga asal Flobamora (Flores, Sumba, Timor dll). Mereka ini telah membangun sebuah komunitas paguyuban penggarap di atas lahan tersebut. Mereka hidup dalam semangat persaudaraan Flobamora yang kuat. Memasuki kompleks lahan tersebut, sungguh terasa suasana kehidupan seperti di NTT. Lahan digarap dan diolah perlahan lahan agar semakin layak. Pemimpin paguyuban yang kerap disebut juga panglima oleh segenap anggota komunitas bernama “Mikael Umbu Zasa”.
Sebagai warga negara yang sadar hukum, Umbu Zasa dan pengurus paguyuban telah berjuang penuh pengorbanan untuk memperoleh keabsahan keberadaan penggarap di atas lahan tersebut. Umbu datang menemui Ahli waris de Meyer, pihak-pihak pemerintahan setempat, maupun instansi pertanahan terkait untuk mendapatkan keterangan yang mengukuhkan keberadaan para penggarap di atas lahan tersebut dengan surat dan dokumen. Warga sekitar lahan yang selama ini selalu hidup berdampingan harmonis dengan komunitas penggarap Leci juga memberikan dukungan.
Namun keberadaan para penggarap di Leci bukanlah tanpa gangguan. Terjadi berkali-kali teror, intimidasi, dan provokasi dari pihak lain yang tergiur dengan lahan yang mendadak bernilai premium tersebut. Spekulan ataupun mafia tanah dengan tanpa alas hak yang jelas suka menggunakan berbagai kekuatan massa bahkan oknum aparat untuk menggusur para penggarap dari Leci. Semua gangguan dan modus yang mengganggu selama ini selalu dihadapi Umbu dan segenap komunitas dengan berani, namun tetap dengan kepala dingin.
Pernah juga terjadi benturan fisik yang menimbulkan korban sehingga beberapa anggota komunitas seperti Innocentius Walang, Emel da Gomez sampai diproses dan ditahan pihak kepolisian. Namun Umbu dan kawan-kawan penggarap Leci bergeming.
Sekitar tahun 2016, ada datang pihak investor yang tertarik untuk membebaskan lahan Leci tersebut. Para penggarap bersetuju dengan syarat hak garap mereka diakui dan dibayar sepantasnya. Kesepakatan (MOU) para pihak dibuat di atas meterai, biaya tanda jadi diserahkan. Dalam perjalanan waktu, pelunasan pembayaran hak garap para penggarap Leci menjadi tidak jelas dan bias.
Terkesan jelas bahwa pihak investor wanprestasi, entah apa alasan. Namun yang terjadi justru desain kriminalisasi terhadap Mikael Umbu Zasa, ketua Paguyuban Penggarap Lahan EV 5658. Ia dilaporkan ke polisi telah melakukan penyerobotan atas lahan tersebut. Polisi memanggil Umbu untuk diperiksa dan selanjutnya ditahan di Polda Metro Jaya selama 23 hari tanpa didukung oleh diskresi dan bukti yang cukup. Penyidik hanya berkilah bahwa penahanan Umbu Zasa adalah perintah atasan.
Warga Leci gelisah namun tak gentar. Anak-anak Leci seperti Domi, Tonce, Sondangi dan lain-lain segera menghubungi pengacara dan senior senior Flobamora. Marsel Abi dan Tobby Ndiwa dengan lantang melakukan protes keras kepada jajaran penyidik Polda Metro. Jou Hasyim mengirim Muhamad Hasyim ke polda untuk mendesak pembebasan Umbu. Akhirnya Marsel Wawo, Petrus Selestinus, Laurens Mere, Willy Nuwa Wea dan Didi Say mulai melakukan lobby dan approach tingkat tinggi demi pembebasan penahanan Umbu Zasa. Beberapa tokoh penting NTT di Jakarta pun dihubungi.
Hari ke 23 penahanan, Andi Gani menekan polisi agar membebaskan Umbu Zasa yang ditahan tanpa dasar yang kuat. Tak tahan dengan tekanan Andi Gani, polisi akhirnya membebaskan Umbu Zasa.
Sebelumnya, dalam tahap pemeriksaan marathon, selama 2 hari 2 malam di Polda Metro Jaya, Umbu Zasa dikondisikan oleh penyidik untuk mau menandatangani BAP penyerobotan. Kepadanya dijanjikan akan dicarikan solusi hukum dan keuangan yang menguntungkan. Mendengar itu, Umbu Zasa membuka kancing baju dan menantang balik penyidik agar menembak saja dadanya daripada mengikuti skenario tersebut.
Pada hari ke 21 penahanan, Umbu Zasa dengan berat hati menceriterakan kerinduannya pada keluarga yang ditinggalkan. Saat itu, Lenny sang istri sedang dalam perawatan kanker payudara. Stress dan depresi mulai mendera Umbu Zasa. Ia sempat ceriterakan bahwa di tahanan ada pihak yang datang menawarkan sejumlah uang agar dirinya bersedia ‘out’ dari urusan Leci. Namun dengan tegas Umbu Sasa menolak. Semua itu karena kecintaannya yang sangat besar kepada warga Leci.
Urusan Leci belum selesai dan masih butuh waktu panjang. Namun warga Leci harus tetap berjuang mempertahankan haknya. Percaya diri, siap berjuang dengan kompak dan siap untuk berkorban. Jangan sia-siakan air mata dan pengorbanan Mikael Umbu Zasa. Ada Paskalis Baut yang siap membela, ada banyak tokoh Sumba dan senior senior Flobamora Jabodetabek yang bersimpati dan yang terutama ada nilai dan semangat perjuangan yang telah ditanamkan oleh Mikael Umbu Zasa.
Jomari Flobamora
Jomari Flobamora adalah sebuah kelompok relawan pendukung capres-cawapres Jokowi Maruf Amin dalam rangka pilpres 2019, yang didirikan oleh Mikael Umbu Zasa di Jakarta pada Sepetember 2018. Berjuang dengan swadaya tanpa donasi pihak manapun.
Kelompok Relawan Jomari tercatat resmi sebagai elemen relawan di divisi relawan Jokowi-Ma’ruf Amin, yang dipimpin oleh KH. Maman Imanulhaq dari PKB. Pilihan politik Umbu Zasa dan sikapnya mendirikan Relawan Jomari semakin teguh karena mendapat dukungan rekan-rekannya seperti Hans Aja, Jhon Semau, Marsel Muja, Didi Say, Mikael Kleden, Frans Watu, Susan Binsasi, Edu Nabunome, Damian, dan lain lain.
Anak-anak muda Flobamora seperti Gius So’o, Vincent Kabosu, Sondangi, Nuel, Darius Boling, Jon Apriles dan ratusan lainnya dengan penuh semangat siap memenangkan Jokowi di lingkungan tempat tinggalnya maupun di antara kaum keluarganya di NTT.
Sejatinya tujuan Jomari adalah ikut berjuang memenangkan Jokowi-Ma’ruf Amin di NTT, sekaligus menjadi representasi NTT di Ibukota. Pada akhirnya memang terbukti bahwa hampir 90 % warga NTT mendukung Jokowi. Mereka mendukung karena bukti nyata pembangunan yang telah ditunjukkan Jokowi bagi NTT.
Umbu Zasa tidak hanya berjuang di Jakarta, atau ramai-ramai di Rumah Aspirasi dan memadati kampanye Jokowi. Dengan biaya sendiri ia turun ke NTT, bertemu Sherley Asbanu di Kupang untuk menggaungkan dukungan Jomari di Timor. Ia datang ke Flores untuk bertemu Pieter Embu Gusi, Robby Idong, dan Uskup Maumere serta semua pengurus cabang kabupaten sedaratan Flores. Umbu Zasa juga berkeliling di seluruh Sumba untuk mendorong dukungan masyarakat bagi Jokowi.
Setelah pilpres berakhir dan Jokowi dinyatakan sebagai pemenang, Umbu Zasa kembali fokus dengan mengurus kegiatan IKBS, kepentingan warga Leci, Sanggar Flobamora, dan lain-lain. Ia tidak berpikir tentang pamrih atau proyek balas jasa dari perjuangan Jomari.
Umbu Zasa melalui Jomari justru merekomendasikan nama-nama seperti Johnny G. Plate, Andi Gani dan Andreas Hugo Pareira untuk masuk kabinet atau Jan Pieter Ate, Marsel Ado Wawo, untuk menjabat komisaris di BUMN demi mendukung kinerja Jokowi.
Penutup
Tulisan ini dibuat sebagai penghormatan sekaligus untuk memetik dan melanjutkan nilai-nilai perjuangan alm. Mikael Umbu Zasa, khususnya warga Leci yang selama ini beliau perjuangkan.
Selamat Jalan Umbu, Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa menerima segala amal baktimu. Beristirahatlah bersama leluhurmu di Marapu nan Agung. Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.
Kita sepakat dengan pernyataan Daniel Tagudedo, Ketua Umum FKM Flobamora saat melepaskan jenasah Mikael Umbu Zasa di Leci bahwa:
“…. orang hebat itu karyanya dirasakan di kalangan masyarakat bawah sekaligus berpengaruh ke level elite”
Sampai jumpa lagi…
Didinong Say – Diaspora Flobamora Jakarta
|
|
|
29 October 2021
456, 532, 4.845, 4.313: ANGKA PENTING SELEKSI CASN MALAKA Author : Roy Tei Seran Center |
|
|
20 April 2021
Gagasan Pemikiran PDI Perjuangan NTT; Tata Kelola Pasca Bencana Author : Roy Tei Seran Center |
|
16 March 2021
Kongregasi Vokasionis Memanggil: Lomba Artikel dan Puisi Author : Roy Tei Seran Center |