|
RTS.Center.Com – 23/12/2020 – Malaka – Opini – “…Pilihlah aku di antara dua..” Penggalan syair lagu ini adalah harapan tunggal dari dua putra terbaik malaka yang bertarung dalam perhelatan politik Malaka 9 Desember 2020 yang telah usai. Paket pilkada Malaka 2020 mengkramatkan angka 2. Terdapat hanya 2 paket yang bertarung.
Angka dua dalam analisa ini tidak menunjuk kepada nomor urut pasangan calon. Angka dua dalam Analisa sederhana ini memberi perhatian lebih kepada dua hal yang dapat menjadi pertimbangan masyarakat dalam menentukan pilihan pada pilkada 9 Desember 2020 yang lalu dan itu telah terjadi. Terlepas dari kontestan siapa yang telah dipilih, yang terpenting adalah pilihan yang telah dijatuhkan adalah pilihan tepat tanpa paksaan.
Secara territorial pilkada Malaka 2020 menempatkan dua kontestan dengan latar belakang teritorial yang sama. Foho Vs Fehan. Pilihan ini tentu memiliki pertimbangan politik yang matang. Dua daerah dengan latar balakang budaya yang berbeda menjadi taruhan politis; Sabete saladi vs Kalatek Tariuk. Terlepas dari pertimbangan politis, pilihan keadaerahan ini menunjukan superioratas dua teritori dalam perhelatan politik Malaka yang telah berlalu. Poros tengah dataran rendah seperti Malaka Tengah, Malaka Barat dan berada di bawah superioritas dan dominasi Weliman dan Wewiku dalam pilihan politis kefiguran. Daerah dataran tinggi Botinleobele, Rinhat, Kobalima berada di bawah dominasi dan superioritas Kobalima Timur. Superioritas teritori ini menjadi cermin keunggulan kefiguran dalam pilihan politik Malaka.
Pilihan kefiguran berdasarkan pertimbangan territorial membangkitkan rasa fanatisme kedaerahan fehan vs foho. Fanatisme ini menjadi bibit konflik baik pada level keluarga dalam skala kecil maupun pada level teritorial pada skala yang lebih luas. Fanatisme territorial ini dapat dipicuh oleh jargon kampanye dan politisasi bahasa dan tindakan yang diperdengarkan, diteriakan dan dipertontonkan oleh kedua pihak yang bertarung. Karena itu diksi yang tepat dalam berbahasa baik pada media online maupun pada acara tatap muka serta sikap dan tindak yang beradab menjadi solusi dalam meminimalisir konflik dan akhirnya dapat menciptakan pilkada Malaka 2020 yang damai dan berbudaya.
Dinamika pilkada dengan latar belakang territorial tersebut telah usai. Banyak cerita dan kisah yang tergores. Dinamika yang dimainkan oleh para kontestan menuai pujian dan cibiran. Predikat daerah paling rawan di NTT dan bahkan Indonesia dalam perhelatan pilkada 2020 disematkan pada sejarah penyelenggaraan pilkada pada kabupaten belia ini. Malaka menempati urutan 9 secara nasional dan urutan 1 di NTT sebagai daerah rawan konflik dalam pilkada.
Yang menjadi pertanyaan mendasar dari realitas ini adalah apakah karena alamat yang dipropagandakan oleh para kontenstan salah? Sehingga hal inilah yang kemudian menjadi dasar pencarian. Mencari indentitas diri dalam politik dan mencari model dan media yang tepat untuk mencapai tujuan. “Tujuan menghalalkan cara. Predikat daerah paling rawan dalam pilkada sejenak membawa kita jauh dari mimpi akan pilkada damai.
a. “Dia” yang bervisi Kerakyatan
“Berbudaya, Berkarakter, Mandiri Berakhlak dan Berkeadilan Sejahtera” VS “Menempatkan Fondasi yang Kokoh dan Dinamis untuk Mencapai Masyarakat Malaka yang Sejahtera”. Visi kerayaktan tersirat dan tersurat secara jelas dalam visi dan misi dari kedua paket. Visi yang jelas harus berdampak kemasyarakat dan harus mampu diukur ketercapaiannya dalam takaran kesejahteran; hidup berkecukupan dan beranjak naik dari standar garis kemiskinan.
Mencapai kesejahteraan ditempatkan oleh kedua calon pada bagian akhir dari rumusan visi. Ini tepat, karena tujuan akhir dari kehidupan dan lembaga social baik pada skala local maupun pada skala nasional adalah mencapai kesejahteraan. Media capaian kesejahteraan itu dapat dijabarankan dalam visi-misi dari masing-masing calon. Capaian kesejahteraan itu berdasar pada konteks dan potensi daerah.
RPM vs Swasembada pangan. Dua tagline ini berdasar pada kondisi dan potensi kewilayaan Malaka. Pontensi agraris menjadi komoditi politik yang dapat dijual kepada masyarakat. Latar belakang pertanian kita yang subsisten dengan kualitas SDM petani yang terbatas menjadi komoditi politik yang disuarakan dalam perhelatan politik Pilkada Malaka 2020. RPM dan Swasembada pangan adalah konsep pembangunan pertanian yang memihak petani. Arah dari kedua konsep ini adalah kelimpahan hasil panen, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan rakyat. Ini yang disebut bonum commune.
RPM VS Swasembada pangan adalah dua tagline yang kontekstual ini menjadi taruhan dalam propaganda visi misi untuk mempengaruhi masyarakat dalam menentukan sikap dan pilihan politik.
RPM adalah konsep pembangunan pertanian yang kontekstual yang didasarkan pada kondisi masyarakat. Kondisi, sosial; seperti keterbelakangan, kualitas SDM petani, kebiasan bertani, berkebun dan berbudidaya ikan secara tradisional menjadi dasar realisasi dan implementasi RPM. RPM merupakan program kerja yang kontekstual dan holistik. Artinya RPM mengarah kepada perbaikan status social petani, peternak dalam hal; peningkatan SDM, pola bertani secara modern (komersil) dengan bantuan teknologi pertanian, penyediaan bibit unggul serta pendamping penyuluh dan tim ahli untuk memenuhi tindak preventif dan kuratif dalam proses pertanian, perkebunan dan peternakan. Keseleruhan proses ini berakhir pada hasil panen yang melimpah dengan kualitas panen yang baik dan mampu bersaing di pasaran. Pada titik ini pendapatan petani meningkat dan perekonomian masyarakat petani perlahan menuju kepada kondisi baik. Dengan demikian kesejahteraan akan tercapai.
RPM menjadi komoditi utama yang dipertarukan oleh paket SBS-WT dalam perhelatan politik pilkada Malaka 9 Desember 2020. RPM pada satu sisi telah menyumbang banyak hal bagi petani Malaka. Hal positif sebagai bukti kerja dari paket petahana. RPM telah menunjukan sebagian hasil sebagai bukti yang dapat dibanggakan dan dapat dinilai dan dievaluasi untuk dipertahankan dan diperbaiki kedepan. Catatan kritis sederhana untuk RPM menurut penulis adalah sebagai berikut:
Rumusan tagline swasembada pangan berdasar pada kontek smasyarakat Malaka. Konteks agraris menjadi pijakan dalam mempropagandakan tagline ini. Swasembada pangan mengarah kepada kesejahteraan masyarakat petani melalui peningkatan hasil panen. Hasil panen melimpah sesuai tagline ini dapat dicapai melalui; penyediaan bibit unggul, penyediaan obat, penyediaan pupuk yang berkualitas, menyediakan dana intensif untuk pentani. Media-media capaian ini merupakan solusi tepat untuk meningkatkan kesejahteraan para petani secara ekonomis. Media capaian ini menjadi komoditi politik yang dipropagandakan dan dipertaruhkan oleh paket SN-KT dalam perhelatan politik Malaka 9 Desember 2020.
Tagline swasembada pangan merupakan rumusan ideal capaian kesejahteraan bagi masyarakat Malaka menurut pasangan calon SN–KT. Karena itu catatan kritis atas sebagai awasan adalah sebagai berikut:
Perbandingan program kontekstual dari kedua kontestan yang dikampanyekan telah mampu membius masyarakat pada setiap kalangan untuk dapat menjatuhkan pilihan secara tepat. Secara emosional dan rasional masyarakat telah menggunakan hak pilihnya secara tepat. Karena itu salah satu dari kedua program kontekstual tersebut telah dan akan keluar sebagai pemenang dan pemikat hati rakyat.
Hak memilih telah selesai. Tanggungjawab setiap masyarakat sekarang adalah mengawal setiap program yang telah dipropagandakan agar dapat berjalan sebagaimana dijanjikan. Hal terpenting adalah konsistensi, ketuntasan dan keberlanjutan dalam menjalankan program dalam roda pemerintahan. Hal inilah yang akan terus dan terus memikat hati masyarakat//red.
(Catatan Kritis Pilkada Malaka)
Melianus Servinus Leki
Putera Aintasi-Malaka
|
|
|
29 October 2021
456, 532, 4.845, 4.313: ANGKA PENTING SELEKSI CASN MALAKA Author : Roy Tei Seran Center |
|
|
20 April 2021
Gagasan Pemikiran PDI Perjuangan NTT; Tata Kelola Pasca Bencana Author : Roy Tei Seran Center |
|
16 March 2021
Kongregasi Vokasionis Memanggil: Lomba Artikel dan Puisi Author : Roy Tei Seran Center |